Senin, 11 April 2016

Lebih dekat dengan Abalone

Abalone adalah sebutan umum untuk semua jenis keong laut, moluska gastropod laut dan famili Haliotidae (Gofas, Tran & Bouchet, 2014). Taksonomi abalone menempatkannya ke dalam famili Haliotidae yang hanya terdiri atas satu genus, yakni Haliotis. Popularitas abalone dimulai sejak Panama-Pacific International Exposition yang berlangsung pada tahun 1915 (Loosanoff, 1997). Jumlah spesies yang saat ini diketahui di dalam genus Haliotis mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Jumlah yang diketahui secara umum berkisar antara 30 dan 130 spesies (Dauphin et al., 1989; Cox, 1962).
Tasmanian Government

Abalone memiliki cangkang dengan struktur spiral terbuka rendah. Pada cangkang tersebut terdapat sejumlah lubang pernapasan di baris mendekati ujung terluar. Cangkang abalone memiliki bentuk bundar atau oval cekung; ada yang sangat melengkung, ada pula yang sangat datar. Lapisan dalam yang tebal tersusun oleh nacre (induk mutiara, atau "mother-of-pearl"), yang di dalam banyak spesies yang dapat berubah warna, sehingga menghasilkan warna-warna yang kuat dan dapat berubah-ubah. Keistimewaan ini mengundang daya tarik untuk dijadikan perhiasan dan sebagai sumber induk mutiara yang berwarna-warni. Daging abalone (foot muscle) dimanfaatkan sebagai bahan makanan, sedangkan cangkangnya dimanfaatkan sebagai hiasan dan sebagai sumber induk mutiara untuk perhiasan, kancing, manik-manik (Loosanoff, 1997). Mutiara yang dihasilkan oleh abalone juga telah dikenal oleh manusia selama ratusan tahun.

Abalone berkembang biak di banyak tempat di seluruh dunia, di sepanjang perairan pesisir, kecuali di pantai Pasifik bagian Amerika Selatan, Pantai Timur Amerika Serikat, Arktik, dan Antarktika (Anon, 2014g). Sebagian besar spesies abalone ditemukan di perairan dingin, seperti lepas pantai Selandia Baru, Afrika Selatan, Australia, Amerika Utara bagian Barat, dan Jepang.

Tingkat popularitas dan kelangkaan yang semakin tinggi membuat harga abalone semakin melambung. Sebagai contoh, dengan mempertimbangkan tingkat inflasi dollar, pada era 1920an, harga satu porsi abalone (dengan berat 4 ons) yang dihidangkan di restoran adalah $7. Pada tahun 2004, harga tersebut melambung menjadi $75 (Jones, 2008). Di negara Jepang abalone mentah dijadikan bahan makanan awabi sushi. Sedangkan abalone yang telah diasini dan difermentasi menjadi bahan utama makanan tottsuru (Akimichi, 1999). Budidaya abalone mulai dikenal pada akhir era 1950an dan awal era 1960an di Jepang dan Cina (Anon, 2012). Abalone telah sekian lama menjadi sumber makanan yang bermutu tinggi bagi manusia di setiap kawasan di dunia yang memiliki tingkat kelimpahan spesies yang tinggi. Daging abalone digemari di beberapa daerah di Amerika Latin (khususnya Chile), Prancis, Selandia Baru, Asia Tenggara, dan Asia Timur.

Referensi:

Akimichi T. (1999). The Enduring Appeal of Abalone Kikkoman Food Forum. Kikkoman.com.
Anon (2012). Abalone Information: Introduction. Fishtech.
Anon (2014g). Distribution Map: Haliotis. Ocean Biogeographic Information.
Cox K. W. (1962). California abalone, family Haliotidae. The Resources Agency of California Department of Fish and Game: Fish Bulletin 118.
Dauphin Y., Cuif J. P., Mutvei H. & Denis A. (1989). Mineralogy, Chemistry and Ultrastructure of the External Shell-layer of Ten Species of Haliotis with Reference to Haliotis tuberculata (Mollusca, Archaeogastropoda). Bulletin of the Geological Institutions of the University of Uppsala 15: 7-38.
Department of Primary Industries, Environment Sea Fishing & Aquaculture. Abalone Fishing. Diakses pada 2 April 2016 dari http://dpipwe.tas.gov.au/sea-fishing-aquaculture/recreational-fishing/abalone
Jones G. A. (2008). Quite the Choicest Protein Dish. The Costs of Consuming Seafood in American Restaurants, 1850-2006. In D. J. Starkey, P. Holm & M. Barnard. Oceans Past: Management Insights from the History of Marine Animal Populations. London: Earthscan.
Loosanoff V. L. (1997). Abalone. In B. Johnston. Collier's Encyclopedia. I: A to Ameland (1st ed.). New York: P. F. Collier.

Kamis, 07 April 2016

Komposisi Kimia Palm Kernel Cake

Palm kernel cake (PKC) adalah residu padat yang hasil ekstraksi bungkil sawit. Melalui proses lebih lanjut PKC dapat dipergunakan kembali sebagai bahan makanan. Penggunaan secara umum palm kernel cake (PKC) adalah sebagai pakan pembentuk energi untuk hewan ternak potong dan perah. PKC memiliki proporsi hingga 70-80 persen kebutuhan ternak potong. Artikel kali ini akan menyajikan secara singkat komposisi kimia PKC hasil penelitian yang dilakukan oleh Alimon (2004) dan Jaafar et al. (1992).

Hasil analisis proksimat terhadap palm kernel cake (PKC) menunjukkan bahwa PKC dapat dikelompokkan ke dalam pakan pembentuk energi karena memiliki kandungan protein hanya sekitar 16-18 persen, sehingga tidak memenuhi syarat untuk menjadi pakan berprotein. Komposisi kimia PKC sangat mirip dengan komposisi corn gluten atau rice bran. Kelebihannya ialah bahwa PKC dianggap mencukupi kebutuhan sebagian besar ruminan.

Kandungan crude fibre pada PKC (17-18 persen) mampu memenuhi kebutuhan serat ruminan, namun tergolong tinggi bagi non-ruminan, sehingga tidak cocok bagi unggas. Kandungan shell yang dapat mencapai 10 persen mempengaruhi tingginya kandungan serat. Komponen berserat di sini terutama tersusun oleh polisakarida dari mannose yang tidak dapat larut (mannan). Menurut Jaafar dan Jarvis (1992), dinding sel terbentuk oleh 58 persen mannan, 12 persen selulose dan 4 persen xylan, dan menyimpulkan bahwa PKC lebih cocok diberikan kepada ruminan. Faktor lain yang menjadi alasan pemberian PKC untuk ruminan adalah energi yang dapat dimetabolisasi (ME) sebesar 10,5-11,0 MJ per kilogram. Sedangkan pada unggas, ME di dalam PKC terhitung agak rendah, yaitu 6,5-75 MJ per kilogram). Sebagai contoh, ME untuk itik berkisar 7-8 MJ per kilogram.

Tabel Analisis proksimat palm kernel cake (dalam persen)
Materi kering : 88,0-94,5
Crude protein : 14,5-19,6
Crude fibre : 13,0-20,0
Ekstrak ether : 5,0-8,0
Ash : 3,0-12,0
Ekstrak bebas nitrogen : 46,7-58,8
Serat deterjen netral : 66,8-78,9
Energi yang dapat dimetabolisasi (MJ per kilogram)
-Ruminan : 10,5-11,5
-Unggas : 6,5-7,5
-Swine (hewan famili Suidae; ternak berleher pendek) : 10,0-10,5

Referensi:
Alimon A. A. (2004). The Nutritive Value of Palm Kernel Cake for Animal Feed. Research Gate, January 2004. Diakses 1 April 2016 dari https://www.researchgate.net/publication/242540604.
Jaafar M. D. & Jarvis M. C (1992). Mannans of oil palm kernels. Phytochemistry, 31(2): 463-464.

Selasa, 05 April 2016

Agribisnis Mendukung SDGs dan Agenda 2030

Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (WCED = World Commission on Environment and Development) telah mencanangkan seruan dengan motto "people, planet, profit" yang dijadikan trilogi keberlanjutan. Hal ini dimotivasi oleh pernyataan dari Brundtland Report (1987) bahwa pembangunan berkelanutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa memberikan kompromi terhadap kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri".

Prinsip pembangunan yang berkelanjutan telah dicanangkan oleh PBB melalui program Sustainable Development Goals (SDGs) yang memuat tujuan-tujuan pokok pembangunan berkelanjutan Di dalam mewujudkan tujuan berikut target-target dari setiap tujuan, peran serta semua pemangku kepentingan diharapkan secara aktif dan proaktif dalam lingkungan yang saling membantu dan saling menguntungkan. Bidang usaha menjadi salah satu di antara pelaku utama untuk mewujudkan cita-cita Agenda 2030.

Gagasan tentang pengelolaan yang berkelanjutan semakin ditekankan di dalam hampir semua bidang kegiatan semua lapisan masyarakat. Pengembangan kapasitas nasional untuk mencapai Agenda 2030 dan SDGs memerlukan kemitraan kolaboratif antara pemerintah dan pelaku di luar pemerintah pada semua lapisan. Sektor-sektor yang termasuk sebagai "kelompok inti" pendukung keberhasilan tujuan pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut: perempuan; anak-anak dan generasi muda; warga asli; organisasi non-pemerintah; otoritas daerah; pekerja dan serikat pekerja; bisnis dan industri; komunitas sains dan teknologi; pelaku bidang pertanian.

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa prinsip pengelolaan berkelanjutan juga dikampanyekan di dalam bidang agribisnis. Penyebabnya ialah banyaknya sikap ketidakpuasan terhadap industrialisasi dalam produksi pertanian dan pemrosesan makanan serta tekanan publik terhadap perusahaan-perusahaan agribisnis untuk menjalankan praktek pengelolaan yang lebih berkelanjutan (Friedrich et al., 2007). Dengan memandang keberlanjutan sebagai faktor pendorong inovasi dan pembuka kesempatan, para pelaku usaha dituntut untuk menunjukkan kinerja terbaik di dalam menjalankan tanggung jawab sosial (Accenture, 2016).Adapun tujuan SDGs dan Agenda 2030 yang berkesuaian dengan bidang agribisnis antara lain, namun dalam perkembangannya tidak terbatas untuk, sebagai berikut:
Tujuan 6 : memastikan ketersediaan dan pengelolaan berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua lapisan masyarakat.
Tujuan 9 : mengembangkan infrastruktur yang dapat dipulihkan, mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan menggalakkan inovasi.
Tujuan 11 : menciptakan lingkungan kota dan permukiman yang inklusif, aman, dapat pulih kembali, dan berkelanjutan.
Tujuan 12 : memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
Tujuan 14 : Melestarikan dan memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan.

Agribisnis memiliki peran yang penting di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan yang berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa melalui Agenda 2030 dan Sustainable Development Goals (SDGs). Sektor agribisnis harus memperhatikan semua permasalahan di dalam rantai persediaan usahanya untuk mendukung prinsip pengelolaan yang berkelanjutan. Pertimbangan harus diberikan di dalam: pemanfaatan air; pengemasan dan pelabelan; polusi air; keamanan makanan; pengolahan dan pembuagan air; nutrisi; modifikasi genetik; profitabilitas; kelestarian hewan; kesegaran, kualitas dan integritas produk; emisi metana dan transport; persediaan saat ini; dan makanan yang sehat dan seimbang.

Isu-isu penting di atas dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahapan kunci di dalam rantai persediaan agribisnis, yaitu: 1) di lokasi pertanian; 2) pemrosesan/pengolahan; dan 3) keterlibatan konsumen akhir.

CV Banyumili Ngundhuh Rejeki sebagai pelaku agribisnis sangat memperhatikan fenomena dan perkembangan kekinian dengan mengedepankan usaha pelestarian lingkungan di tengah persaingan bisnis untuk mengejar profit. Berdasarkan ruang gerak dan bidang kegiatannya agribisnis berpotensi untuk mendukung sejumlah tujuan dan dari SDGs sejalan dengan Agenda 2030.

CV Banyumili Ngundhuh Rejeki telah menyusun rencana dan program kegiatan bisnisnya untuk memberikan respon yang positif kepada tujuan-tujuan SDGs tersebut di atas dengan bergerak di dalam bidang agribisnis, kuliner dan perdagangan umum yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan, mudah diuraikan di alam, dan pembelian kembali (buyback) limbah ikan/ternak dan hasil perkebunan/pertanian/kehutanan, yang tidak digunakan, menjadi salah satu budaya perusahaan di dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.

Referensi:
Accenture. Sustainability Solutions. Diakses 3 April 2016 dari https://www.accenture.com/id-en/service-agribusiness-sustainability.aspx.
Friedrich N., Heyder M. & Theuvsen L. Sustainability Management in Agribusiness: Challenges, Concepts, Responsibilities and Performance. Department of Agricultural Economics and Rural Development, Georg-August University of Gottingen, Germany. Diakses 3 April 2016.
United Nations. Our Common Future. Bruntland Report 1987. Diakses 3 April 2016.
United Nations. Sustainable Development Knowledge Platform. Diakses 3 April 2016 dari http://sustainabledevelopment.un.org/

Minggu, 03 April 2016

Definisi Agribisnis

Istilah "agribisnis" di dalam definisi ini diambil dari istilah bahasa Inggris yaitu "agribusiness". Masih terdapat banyak pengertian dari sejumlah pakar yang belum tercantum di dalam tulisan ini, namun setidaknya dapat memberikan informasi yang lebih tentang pengertian agribisnis secara umum.

Agribisnis adalah sebuah industri yang berhubungan dengan usaha memproduksi operasi-operasi bidang pertanian, pengolahan, dan distribusi pertanian, serta pemrosesan, penyimpanan, dan distribusi komoditi peternakan. Agribisnis adalah bisnis atau industri bidang peternakan atau pertanian yang biasanya memiliki skala besar. [merriam-webster.com/dictionary/agribusiness]
---
Agribisnis adalah bagian dari ekonomi yang diperuntukkan bagi produksi, pemrosesan, dan distribusi makanan, termasuk institusi keuangan yang mendanai aktivitas-aktivitas tersebut. Agribisnis menitikberatkan pertanian sebagai sebuah bisnis skala besar daripada usaha keluarga bidang pertanian berskala kecil. [dictionary.com/browse/agribusiness]
---
Agribisnis adalah bisnis yang memperoleh sebagian besar pendapatan dari bidang pertanian. Sebuah usaha agribisnis cenderung berbentuk operasi bisnis skala besar dan dapat "dabble" peternakan, pemrosesan dan pengolahan dan/atau pengemasan dan distribusi produk. [businessdictionary.com/definition/agribusiness.html]
---
Agribisnis adalah sektor bisnis yang membidangi pertanian dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan komersial yang berhubungan dengan pertanian [investopedia.com/terms/a/agribusiness.asp]
---
Agribisnis adalah segala bentuk bisnis yang terkait dengan produksi, penyiapan dan penjualan hasil pertanian[dictionary.cambridge.org/dictionary/english/agribusiness]
---
Istilah agribisnis dapat merujuk pada perusahaan perusahaan yang terlibat di dalam agribisnis [oxforddictionaries.com/definition/english/agribusiness]